22 Oktober 2009

Menelpon Dengan 3G Lebih Murah


Layanan Generasi 3 (3G) sudah ada di depan mata. Banyak yang berharap, tak sedikit yang optimis. Apakah tidak terlalu cepat datangnya? Apakah masyarakat akan bisa menjangkaunya? Segala hal tentang 3G terasa begitu menarik, terutama bagi kita di Indonesia yang belum bisa menikmatinya secara langsung. Meski begitu, sebenarnya belum banyak yang paham betul apa itu 3G atau bahkan belum ngeh sama sekali. Bagi yang sudah ngeh, ada yang tidak sabar kepingin segera mencicipi teknologi ini, tapi tak sedikit pula yang cenderung pesimis. GPRS saja masih ngos-ngosan, apa iya 3G bisa lari kencang?

Apa pun aspirasi Anda, bersiap-siaplah menyambut serbuan teknologi ini. Korea Selatan sudah memulainya sejak Oktober tahun 2000 melalui operator SK Telecom yang memakai jaringan CDMA2000 1X. Tak mau kalah, NTT DoCoMo dari Jepang menyusul setahun kemudian menggunakan WCDMA. Pada awal tahun 2005 saja, terhitung ada 125 operator di 56 negara yang sudah memanfaatkan 3G. Ini suatu bukti bahwa 3G sudah layak diadopsi di seluruh dunia sebagai teknologi seluler masa depan. Bagaimana dengan Indonesia?

Operator CDMA Mobile-8 sebenarnya sudah bermain di arena 3G lewat aplikasi real time video streaming. Layanan semacam ini adalah salah satu produk andalan 3G. Telkomsel juga sudah sejak lama menawarkan teknologi EDGE yang kecepatan akses datanya mampu menyaingi 3G. Soal lisensi, sudah ada dua operator yang memegangnya meskipun ramai menuai kritikan yakni PT. Cyber Access Communications dan PT. Natrindo Telepon Seluler (Lippo Telecom). Jadi bisa dibilang baik pemerintah maupun operator kita sudah siap menyongsong 3G meskipun entah kapan bisa segera terealisasi.

Sebenarnya apa sih hebatnya teknologi yang satu ini?

GPRS, EDGE, hingga W-CDMA

3G adalah singkatan dari generasi ketiga, suatu istilah untuk standar teknologi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan seluler. Jadi intinya, 3G menawarkan peningkatan aplikasi yang ada sekarang sehingga aktivitas browsing di internet bisa lebih ngebut, kualitas panggilan suara lebih oke, kirim-kiriman data lebih instan, dan masih banyak lagi.

Apakah 3G itu hanya khusus milik operator GSM? Tentu tidak. Standar ini juga berlaku bagi jaringan CDMA. Sekadar informasi, teknologi canggih 3G yang asalnya dari GSM (Global System for Mobile Communications) disebut W-CDMA (Wideband-Code Division Multiple Access), sedangkan yang terlahir dari CDMA (Code Division Multiple Access) diberi nama CDMA2000-1xEV-DO (Code Division Multiple Access2000-1xEvolution Data Only).

GSM sendiri sering disebut sebagai generasi kedua atau 2G. Standar ini diperkenalkan pertama kali di Eropa pada awal tahun 1990. Meskipun cukup sukses dengan fitur seperti telepon dan SMS, orang kemudian mulai mendambakan kepraktisan browsing internet lewat ponsel. Dari sinilah lahir layanan GPRS (General Packet Radio Service). Untuk membedakannya dengan 2G yang biasa, teknologi GSM ini kemudian disebut 2,5G.

Tidak puas dengan GPRS yang koneksinya dianggap masih lemot (kecepatan maksimalnya sekitar 115 kbps dengan kecepatan rata-rata browsing 20-30 kbps), muncul lagi harapan lahirnya 3G untuk menjawab segala kebutuhan akses data dan multimedia yang masih banyak bolongnya. Tapi tidak mudah bagi GSM untuk segera menuju ke sana, perlu alokasi frekuensi jaringan yang baru maupun infrastruktur yang harus dibenahi di sana-sini. Sebagai jalan tengah, supaya pelanggan tetap mendapatkan layanan yang prima dan operator juga punya waktu mempersiapkan diri, lahirlah EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Environment) yang kemudian mendapat julukan 2,75G. EDGE ini disebut-sebut sebagai jembatan ke 3G, bahkan kecepatannya sanggup menyaingi generasi paling canggih tersebut. Benarkah demikian?

“EDGE memang jaringannya sudah baik, hanya saja tidak ada jaminan quality of service atau kualitas layanan. Maksudnya, koneksinya tidak menentu, naik-turun, kadang cepat, kadang lambat. Misalkan ketika sedang browsing internet, bisa saja tiba-tiba akses yang tadinya cepat menjadi lemot sekali atau bahkan terputus. Sedangkan pada WCDMA, ada jaminan quality of service. Jadi dijamin koneksinya stabil terus dari awal browsing sampai selesai,” ungkap Yoseph Garo, GM Technology & Strategic Network Telkomsel. Soal kecepatan, bapak yang satu ini menyebutkan bahwa EDGE bisa dikebut hingga 384 kbps (kilobyte per detik), meskipun pada praktiknya sekitar 215 kbps. Sedangkan W-CDMA bisa mencapai kecepatan maksimum 2 Mbps.

Tarif Suara Lebih Miring

Karena kecepatannya yang tinggi, orang menduga bahwa kedigdayaan 3G memang terletak pada fitur tersebut. Memang ada benarnya, tapi kelebihannya bukan itu saja. “3G tidak hanya soal kecepatan tinggi, tapi lebih kepada efisiensi spektrum,” tutur Yoseph Garo dari Telkomsel. “Misalnya, ketika melakukan panggilan suara, pada saat kecepatan kurang dari 100 kbps, paling efisien menggunakan EDGE. Antara 100 hingga 384 kbps, CDMA lebih efisien. Nah, ketika kecepatannya lebih dari 384 kbps, W-CDMA yang paling efisien. Selain itu, W-CDMA juga punya kemampuan memisah-misahkan noise sehingga kualitas suara yang dihasilkan jauh lebih baik.”

Selain kualitas, 3G juga berdampak cukup positif dalam hal tarif, terutama untuk layanan panggilan atau suara. Ini bisa terjadi karena jaringan 3G menyediakan kapasitas suara yang lebih besar pada tarif yang lebih rendah. Sebagai gambaran, pada GSM 2G tiap carrier-nya hanya menyediakan 3 kanal untuk suara (voice), sedangkan GSM 2,5G bisa membawa 7 kanal dari 8 kanal per carrier. Nah, kapasitas W-CDMA bisa sampai 10 kali lipatnya yakni 80 kanal sehingga jauh lebih efisien.

Telkomsel agaknya melihat bahwa seluler generasi ketiga ini tidak cuma dibutuhkan untuk transmisi data kecepatan tinggi. Penerapan layanan 3G akan berdampak pada makin banyaknya kanal yang dapat disiapkan, jadi kasarnya tiap BTS bisa melayani pelanggan sepuluh kali lebih banyak dari sekarang. Frekuensinya juga tinggi sehingga jarak antar BTS (Base Transceiver Station) bisa lebih rapat dan lalu lintas percakapan (trafik) yang dapat dilayani juga makin banyak. Itu sebabnya, mula-mula operator akan menempatkan jaringan W-CDMA di kawasan yang padat lalu lintas percakapannya seperti di daerah bisnis, segitiga emas, dan beberapa tempat potensial lainnya.

Indosat juga sepakat dalam hal ini. “Operator memang membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk suara jika memakai 3G. Jadi kalau biaya operasinya bisa dipangkas, tentu tarif panggilan juga akan lebih murah,” ujar Hasnul Suhaimi, Director Consumer Market Indosat.

Berita ini tentu saja sangat menggembirakan mengingat suara merupakan layanan yang paling laris dipakai pelanggan. Menurut Hasnul, hanya sekitar 0,5% pelanggan Indosat yang menggunakan layanan data seperti GPRS, 2,5%-nya ramai memanfaatkan SMS content yang kini sedang marak di stasiun televisi untuk mendukung peserta suatu ajang kontes, SMS person to person atau antar pelanggan laku sekitar 27%, dan sisanya sebanyak 70% dipakai untuk layanan suara. Jadi berdasarkan hasil survei tersebut, sedikit sekali pelanggan yang bakal benar-benar memanfaatkan fitur akses data kecepatan tinggi dari 3G. Layanan yang dianggap paling menarik justru akan datang dari miringnya tarif suara.

Operator 3G di luar negeri biasanya menawarkan tarif untuk panggilan ini dalam bentuk paket. Di Amerika misalnya, paket suara dihitung dalam satuan menit tiap bulannya, dan rata-rata pelanggan memakai 700 menit per bulan. Harapannya nanti, orang akan lebih memilih menelepon memakai ponsel dan tidak lagi memanfaatkan telepon rumah. Ini bisa dibilang solusi baru bagi operator selular yang selama ini selalu kalah dari telepon tetap soal pasang tarif. Kalau biaya percakapan lewat ponsel bisa sama murahnya atau bahkan lebih murah, perusahaan telepon tetap bisa gigit jari dan mesti mencari alternatif baru yang lebih memikat pelanggan.

Operator Uji 3G Tahun Ini

Berbagai aplikasi 3G terasa begitu menarik, tapi kapan sebenarnya bisa benar-benar terealisasi di Indonesia? “Saat ini kami sudah mendapat izin prinsip, tinggal menunggu alokasi frekuensi dari pemerintah. Pilot project atau uji operasionalnya paling cepat akan dilangsungkan pertengahan tahun ini,” ungkap Hasnul Suhaimi dari Indosat.

Selain 3G, Indosat juga akan meluncurkan layanan EDGE kepada pelanggannya. “Kami selalu memberikan yang terbaik untuk pelanggan. Salah satu caranya adalah dengan memberikan banyak pilihan. Karena itu selain 3G, EDGE juga akan kami sediakan,” lanjut Hasnul.

Hal yang sama juga diungkapkan pihak Telkomsel. Bedanya, operator dengan jumlah pelanggan terbanyak di tanah air ini sudah meluncurkan EDGE sejak Februari 2004 lalu.

Dirut Telkomsel, Kiskenda Suriahardja, menyatakan bahwa mereka adalah operator yang paling siap menerapkan layanan 3G untuk pelanggannya. Saat ini Telkomsel sudah mendapat frekuensi untuk trial dari pemerintah. Di rentang frekuensi yang mana, Kiskenda tidak menyebutkan.

Saat ini, penataan frekuensi di Indonesia bisa dibilang kacau-balau. Ada rentang 45 MHz dan 15 MHz yang tidak bisa dipakai karena tidak ada pasangannya. Pemerintah telah memberikan frekuensi 1900 MHz untuk Flexi dan StarOne memakai standar PCS (Personal Communication System) yang uplink dan downlink-nya berdekatan sehingga harus dibuatkan pita penyangga (guard band) selebar 15 MHz. Frekuensi sisanya lalu diserahkan kepada beberapa operator dan calon operator dengan downlink dan uplink yang tidak berpasangan. Akibatnya, ada frekuensi sebesar 45 MHz yang mubazir karena tidak bisa digunakan.

Apabila ada tiga operator GSM yang diberi lisensi 3G, harus dilakukan penataan ulang frekuensi. Jika frekuensi tersebut diberikan kepada perusahaan yang belum beroperasi, tidak ada masalah. Tapi kalau yang menerimanya TelkomFlexi atau Indosat StarOne, bakal terjadi migrasi ke frekuensi lainnya. Nah, ini yang runyam.

Tarif dibundel paket dan segmen

Daya tarik 3G yang paling kuat adalah content-nya yang serba canggih. Coba saja tengok berbagai layanan 3G yang marak di Jepang dan Korea Selatan seperti download musik, kartu kredit ala ponsel, dan nonton televisi. Apakah provider di Indonesia sudah mampu menyediakannya?

Yoseph Garo mengungkapkan bahwa sudah ada beberapa content provider dalam negeri yang siap ke arah sana. “Saat ini sudah ada sekitar 170 content provider dan 1800 content. Mungkin kami akan bekerja sama dengan content provider dari luar negeri juga. Tapi pada masanya nanti, content provider kita akan terus meningkatkan diri,” tutur Yoseph.

Soal tarif, belum ada operator yang berani buka kartu. Yang pasti, karena produk yang dijual masih fresh from the oven alias baru, harganya tidak bisa dipasang terlalu tinggi. Tetapi kalau terlalu rendah, operator juga bisa rugi. Apalagi kalau sampai perang banting harga yang marak terjadi belakangan ini terulang lagi.

Salah satu taktik jitu adalah menawarkan layanan dalam bentuk paket dengan segmentasi yang jelas. Misalnya, layanan browsing kecepatan tinggi di dunia maya tentunya paling cocok bagi pelaku bisnis yang haus informasi. Sedangkan video telephony atau telepon tatap-muka mungkin lebih sesuai bagi muda-mudi atau orang tua-anak yang butuh melihat wajah mereka yang dikasihinya.

Mengingat operator masih butuh banyak waktu dan handset-nya juga terbatas dan mahal, tampaknya kita masih harus sabar menunggu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Dalam hati terucap doa Ingin segera bertemu Begitu ada kesempatan Tak ku lewatkan begitu saja Langkahku semakin cepat Sungguh ku ingin segera bertemu Dengan kekasihku yang adalah kamu Tak ku hiraukan meski malam begitu pekat Sekian lama berpisah Membuatku begitu rindu padamu Setiap malam berharap sendiri Ingin segera bertemu Kalau saja waktu itu sayapku tak patah Pasti ku kan terbang menuju kehangatan pelukanmu